Siapa yang belum mengetahui bahwa Boyolali itu memiliki stasiun kereta api, lho? Tepatnya, Stasiun Telawa adalah satu-satunya stasiun kereta api antarkota yang ada di Boyolali. Stasiun ini dibuka oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada 10 Februari 1870. Walaupun umurnya sudah lebih dari 150 tahun, bangunan stasiunnya masih asli dan terawat dengan baik.
Stasiun yang kini berada di wilayah PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 4 Semarang ini dulunya merupakan bagian dari pembangunan jalur Semarang-Voorstenlanden. Voorstenlanden, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berarti tanah para raja, dan mengacu pada wilayah Kerajaan Mataram yang mencakup daerah Solo dan Yogyakarta saat ini.
Daerah di sekitar stasiun merupakan penghasil kayu jati, yang merupakan bahan bakar terbaik bagi lokomotif uap. Komoditas ini menjadikan lokasi tersebut titik vital untuk pembangunan jalur kereta api. Letak Stasiun Telawa yang cukup strategis berkontribusi pada perkembangan transportasi di wilayah tersebut.
Sejarah dan Arsitektur Stasiun Telawa
Dengan ketinggian 63 meter di atas permukaan laut, Stasiun Telawa mempertahankan bentuk asli dari arsitekturnya, hanya mengalami renovasi minor. Stasiun ini mengadopsi arsitektur Indische Stijl, yang menggabungkan elemen arsitektur Eropa dan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. Bentuk bangunan yang sederhana, dengan jendela dan ventilasi besar, membantu sirkulasi udara yang baik bagi pengunjung.
Ada juga bangunan bersejarah lainnya di dekat Stasiun Telawa, yaitu Loji Papak, yang berfungsi sebagai rumah administratur perkebunan. Loji Papak ini cukup langka di kawasan Jawa Tengah dan hanya terdapat di beberapa lokasi, seperti Gundih, Telawa, dan Salatiga. Sebagai warisan budaya, keberadaan bangunan ini menambah nilai sejarah bagi kawasan sekitar.
Perkembangan Stasiun dan Layanan yang Diberikan
Stasiun Telawa telah berkembang pesat dari hanya melayani angkutan barang menjadi juga melayani perjalanan penumpang. Perubahan ini terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan transportasi umum dari masyarakat setempat. Hal ini sangat berdampak positif bagi mobilitas masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Meskipun namanya Telawa, letak stasiun ini tidak persis di Desa Telawa, tetapi di Desa Pilangrejo, Juwangi. Oleh karena itu, stasiun ini juga dikenal dengan sebutan Stasiun Juwangi. Di Stasiun Telawa, terdapat beberapa perjalanan kereta api antarkota yang berhenti, seperti KA Banyubiru, Joglosemarkerto, Matarmaja, dan Majapahit. Kereta-kereta ini telah memberikan kemudahan bagi masyarakat Boyolali untuk bepergian ke kota-kota lain, seperti Solo, Semarang, Yogyakarta, hingga Jakarta.
Dengan infrastruktur yang baik dan akses transportasi yang semakin meningkat, Stasiun Telawa tidak hanya menjadi pusat transportasi, tetapi juga simbol kemajuan dan sejarah Boyolali. Terus berkembangnya layanan dan fasilitas membuat stasiun ini tetap relevan dan menjadi pilihan utama bagi masyarakat.