Jalur kereta api di wilayah Sulawesi kini semakin berkembang, memanfaatkan lebar sepur 1.435 mm yang merupakan standar internasional. Pengoperasian jalur ini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), menciptakan konektivitas yang lebih baik bagi masyarakat.
Dengan panjang sekitar 145 kilometer, proyek jalur kereta api ini merupakan tahap pertama dari pembangunan jalur kereta api Trans-Sulawesi yang menghubungkan Kota Makassar dan Kota Parepare. Pembangunan ini dimulai pada 18 Agustus 2014 dengan dimulainya proses groundbreaking di Desa Siawung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru.
Pembangunan dan Sejarah Kereta Api di Sulawesi
Pembangunan jalur kereta api di Sulawesi bukanlah hal baru. Sejarah mencatat bahwa kereta api pertama kali hadir di wilayah ini pada tahun 1922 dengan panjang 47 kilometer menghubungkan Takalar dan Makassar. Kereta ini dioperasikan pada 1 Juli 1923 oleh Staatstramwegen op Celebes (STC), sebuah divisi dari perusahaan kereta api Hindia Belanda.
Saat ini, layanan kereta api di Sulawesi Selatan telah beroperasi terbatas sepanjang 80 kilometer, menghubungkan Stasiun Garongkong dan Stasiun Maros. Layanan ini telah berhasil menjangkau masyarakat dan semakin populer. Namun, upaya untuk memperluas jaringan kereta api ini tidak berhenti di sini; tahap selanjutnya akan menghubungkan Mandai dengan Makassar dan Barru dengan Parepare, yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2024.
Integrasi Transportasi dan Peningkatan Layanan
Selain meningkatkan panjang jalur, salah satu visi besar dari proyek ini adalah untuk mengintegrasikan transportasi kereta api dengan pelabuhan dan terminal bus. Rencana ini memuat stasiun yang terhubung langsung dengan Pelabuhan Garongkong dan Pelabuhan New Port, sehingga memudahkan masyarakat dalam berpindah moda transportasi.
Dari pengaplikasian ini, Stasiun Mandai direncanakan menjadi titik integrasi utama, di mana Terminal Bus Integrasi Mandai akan dibangun di lahan sekitar stasiun. Dengan luas total lahan mencapai 16,4 hektare, proyek ini diharapkan dapat memperlancar akses transportasi di kawasan tersebut.
Sementara itu, Stasiun Garongkong juga akan dihubungkan dengan Pelabuhan Garongkong, di mana dilengkapi dengan pembangunan kantor KSOP Garongkong. Total luas lahan konsolidasi di sana mencapai 46,6 hektar, dengan rencana pengembangan yang mencakup stasiun dan akses yang lebih baik ke pelabuhan.
Perkembangan jalur kereta Makassar–Parepare sudah mencatatkan kemajuan signifikan, dengan panjang 123 kilometer yang sudah terbangun. Jumlah penumpang juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, menunjukkan daya tarik luar biasa dari layanan kereta api ini di masyarakat.
Melihat dari data yang ada, jumlah penumpang pada tahun 2023 mencapai 214.720 orang dan meningkat menjadi 281.442 orang di tahun 2024. Ini adalah indikator kuat dari meningkatnya minat masyarakat terhadap penggunaan kereta api.
Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh penumpang juga menunjukkan progres yang membanggakan, meningkat dari skor 3,1 pada tahun 2023 menjadi 3,34 pada tahun berikutnya dalam skala 4. Kenaikan angka tersebut jelas mengindikasikan bahwa masyarakat puas dengan layanan yang dihadirkan.
Antusiasme yang tinggi di masyarakat akan transportasi kereta api ini memang menjadi alasan penting untuk melanjutkan pengembangan layanan di Sulawesi Selatan, menjadikan kereta api sebagai alternatif transportasi yang efisien dan nyaman.