Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, kembali mencuri perhatian publik dunia dengan pilihan transportasinya yang unik. Alih-alih menggunakan pesawat pribadi, ia memilih kereta lapis baja untuk melakukan perjalanan ke China. Keputusan ini menarik perhatian banyak pihak, terutama mengingat kereta tersebut merupakan moda transportasi kesukaannya yang sudah menjadi bagian dari warisan keluarga Kim.
Pengamat dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa pilihan Kim untuk menggunakan kereta berwarna hijau tersebut bukan tanpa alasan. Pesawat pribadinya, Chammae-1, terbilang sudah uzur dan tidak dianggap layak untuk perjalanan jarak jauh. Melalui kereta, Kim dapat memastikan keamanan dan kenyamanan lebih baik selama perjalanannya yang diperkirakan memakan waktu 20 hingga 24 jam dari Pyongyang ke Beijing.
Keunikan Kereta Lapis Baja Kim Jong Un
Kereta yang digunakan Kim Jong Un bukanlah sembarang kereta. Memiliki desain dan fasilitas tinggi, kereta ini sering dijuluki sebagai “benteng bergerak” karena memiliki fitur keamanan yang canggih. Dinding dan lantainya diperkuat untuk melindungi dari serangan, sementara jendela antipeluru memberikan perlindungan ekstra. Menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan, kereta ini dirancang khusus untuk mengakomodasi kebutuhan pemimpin negara dan memberikan kenyamanan maksimum. Selain itu, untuk menjaga keamanan selama perjalanan, pihak berwenang meminta penjagaan ketat di sepanjang jalur kereta, suatu praktik yang telah digunakan dalam kunjungan-kunjungan sebelumnya.
Pilihan Kim untuk menggunakan kereta ini juga menunjukkan hubungan erat antara kendaraan ini dengan sejarah keluarganya. Ayahnya, Kim Jong Il, juga dikenal sangat menyukai kereta api hingga menghindari pesawat terbang. Kisah perjalanan panjangnya dari Pyongyang menuju Moskwa pada tahun 2001 yang memakan waktu 24 hari menjadi salah satu contoh kebiasaan tersebut. Dalam perspektif yang lebih luas, penggunaan kereta ini tidak hanya berkaitan dengan kenyamanan, tetapi juga merupakan simbol kekuasaan dan ketahanan dari kerajaan Kim.
Parade Militer dan Hubungan Diplomatik
Kunjungan Kim ke China merupakan momen penting, dimana ia menghadiri parade militer yang menandai peringatan 80 tahun Perang Dunia II. Dalam rangkaian acara ini, ia akan bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia, Vladimir Putin. Hal ini menjadi tonggak penting bagi Kim sebagai pemimpin, mengingat itu adalah kali pertama ia menghadiri acara diplomatik multilateral sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2011. Momen ini mengingatkan kita akan event serupa yang terjadi pada tahun 1959 ketika kakeknya, Kim Il-sung, menghadiri parade yang sama.
Pengamatan mengenai tren kunjungan tinggi dan transportasi yang aman menunjukkan perubahan pola kebijakan luar negeri Korea Utara. Dengan adanya hubungan yang terjalin dengan negara lain, terutama China dan Rusia, Kim tampak berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak terasing di arena internasional. Keberadaan Kim dalam barisan pemimpin asing mencerminkan upaya untuk memperkuat posisi politik dan strategis Korea Utara di kawasan.
Nantinya, setelah tiba di Beijing dan menginap di Wisma Negara Diaoyutai, Kim diharapkan dapat menjalin lebih banyak kerjasama dengan negara-negara sahabat dalam menghadapi tantangan global yang ada saat ini. Komitmen dan niatan Kim untuk meningkatkan hubungan diplomatik ini tentunya tidak hanya berhubungan dengan aspek keamanan tetapi juga perekonomian regional yang semakin kompleks.
Secara keseluruhan, perjalanan Kim Jong Un menggunakan kereta lapis baja dan kehadirannya dalam acara penting di China menegaskan betapa signifikan peran transportasi dalam memfasilitasi hubungan antarnegara. Pilihan ini menciptakan narasi tentang keamanan, kemewahan, dan status yang melekat pada dinasti Kim, sekaligus memperlihatkan sisi lain dari kepemimpinan Korea Utara yang mungkin belum banyak dikenal umum.
