Satu lagi jembatan paling bersejarah di jalur kereta api. Kali ini berlokasi di wilayah selatan Kabupaten Malang. Inilah Jembatan Lahor Karangkates. Sekilas jembatan ini hanya terlihat jembatan biasa pada umumnya, namun jika diketahui dari sejarah ternyata Jembatan Lahor ini dibangun sejak tahun 1895.
Jembatan Lahor Karangkates membentang kokoh setinggi 30 meter di atas Sungai Lahor, menyuguhkan pemandangan memukau berupa Bendungan Sutami yang tenang, dikelilingi hamparan perbukitan hijau dan langit biru yang membentang luas.
Momen saat kereta melintasi jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penumpang, khususnya di lintas selatan, terutama pada pagi atau sore hari ketika cahaya matahari menyempurnakan keindahan panorama.
Sejarah menyebut, Jembatan Lahor yang legendaris ini dibangun oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda. Pembangunan dilakukan setelah jalur Kertosono–Blitar resmi terhubung pada 1884, dan dilanjutkan dengan pengembangan jalur ke wilayah Malang.
Pemerintah kolonial mulai merencanakan pembangunan jalur Blitar–Malang pada 1893, terutama untuk mendukung pengangkutan hasil bumi seperti kopi, gula, karet, indigo, dan agave dari kawasan tersebut.
Pembangunan jembatan ini dimulai dengan pelelangan proyek oleh Kementerian Koloni bagian Biro Teknik. Dokumen teknis lelang disusun oleh Martinus Nijhoff dan proyek akhirnya dimenangkan oleh firma Fried Krupp dari Essen, Jerman, dengan nilai kontrak f 49.785.
Secara teknis, jembatan tersebut memiliki bentang total 160 meter, terdiri dari tiga pilar baja komposit dengan jarak antar pilar sekitar 40 meter. Pilar tertinggi mencapai 36 meter dari dasar sungai. Lokasinya berada di KM 86+230, sekitar 300 meter dari sinyal muka halte Pohgajih, dari arah Malang.
Perjalanan kereta api tidak hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang pengalaman selama di perjalanan. Melintasi Jembatan Lahor Karangkates memberikan sensasi tersendiri karena penumpang dapat menikmati panorama alam yang luar biasa indah, terutama pada pagi atau sore hari ketika cahaya matahari menyempurnakan lukisan alam.
Meskipun sejarah Jembatan Lahor tak banyak diketahui orang, namun masyarakat yang melintas dengan kereta api tidak hanya mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Mereka juga dihadapkan pada pengalaman visual yang memukau sepanjang perjalanan.
Kereta api yang melintasi Jembatan Lahor antara lain KA Malabar, KA Gajayana, KA Brawijaya, dan berbagai KA lainnya yang melayani rute dari dan menuju kota-kota besar seperti Malang, Blitar, Kediri, hingga Bandung. Setiap harinya jembatan ini dilalui 30 perjalanan KA yang terdiri dari 18 KA jarak jauh, 10 KA lokal, dan 2 KA barang, dengan puncak kecepatan 80 KM/Jam.
Di sisi lain, PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) wilayah Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya terus berkomitmen menjaga kualitas layanan melalui pemeliharaan rutin infrastruktur, termasuk jembatan-jembatan yang dilalui kereta api seperti Jembatan Lahor. Upaya pemeliharaan ini dilakukan untuk memastikan setiap perjalanan berlangsung dengan aman, nyaman, dan tepat waktu.
Jembatan Lahor bukan hanya sekadar infrastruktur transportasi, tetapi juga menjadi simbol dari sejarah dan kemajuan teknologi di Indonesia. Cerita di balik pembangunan dan sejarahnya menciptakan kedalaman yang lebih dari sekadar pengalaman berkendara.
Untuk menikmati perjalanan yang lebih seru, penumpang disarankan memilih waktu-waktu tertentu saat melintasi jembatan ini. Saat sinar matahari membangkitkan warna-warna alami di sekitar jembatan, suasana kian menciptakan momen tak terlupakan.
Dengan berbagai keindahan yang ditawarkan, Jembatan Lahor Karangkates tidak hanya menjadi tempat yang dilalui kereta, tetapi juga destinasi yang layak dikunjungi bagi para penggemar fotografi ataupun mereka yang sekadar ingin menikmati keindahan alam. Sejarah dan keindahan panorama alam berpadu menjadi satu, menjadikan setiap perjalanan kereta api di atas jembatan ini selalu berarti dan penuh cerita.