Pemerintah Qatar sempat menutup ruang udaranya pasca serangan rudal balistik dari Iran ke pangkalan udara Al Udeid yang terletak 30 km barat daya Doha. Namun, saat ini, ruang udara tersebut telah dibuka kembali, dan maskapai penerbangan utama di negara ini telah beroperasi kembali.
“Saat ini, prioritas kami adalah membantu para penumpang untuk dapat pulang ke rumah atau melanjutkan perjalanan mereka dengan aman dan lancar,” jelas pihak maskapai dalam pernyataan resmi. Mereka terus bekerja sama secara intensif dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memulihkan aktivitas operasional secara optimal.
Dampak Penutupan Ruang Udara terhadap Layanan Penerbangan
Penutupan ruang udara tentu memberikan dampak signifikan terhadap layanan penerbangan. Banyak penumpang yang terpaksa mengalami penundaan dan pembatalan penerbangan. Maskapai melakukan langkah strategis dengan menambah jumlah petugas layanan di Bandara Internasional Hamad dan bandara utama lainnya untuk memberikan bantuan kepada penumpang yang terdampak. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan gangguan dan memastikan pelanggan mendapatkan layanan terbaik.
Di tengah situasi yang tidak menentu, penting untuk dicatat bahwa beberapa maskapai penerbangan mengambil langkah preventif dengan menghindari ruang udara yang berpotensi berbahaya. Instruksi dari badan penerbangan resmi, seperti EASA dan FAA, melarang operasi penerbangan komersial di wilayah udara Iran atau Irak yang meningkat ketegangannya saat ini.
Strategi Penerbangan dalam Menghadapi Krisis
Dengan semakin kompleksnya situasi, maskapai seperti ini memilih untuk mengalihkan rute penerbangan. Jika sebelumnya penerbangan dapat dilakukan melalui jalur biasa, kini alternatif seperti melalui Arab Saudi, Mesir, dan Turki dioptimalkan untuk mencapai tujuan Eropa dan AS. Rute alternatif ini menyebabkan waktu tempuh bertambah sekitar satu jam atau lebih, yang tentunya berdampak pada kenyamanan penumpang.
Peningkatan waktu terbang ini berimbas pada tarif tiket. Menurut studi yang dilakukan, tarif tiket untuk rute panjang dari kawasan Teluk ke Eropa dan Australia diperkirakan mengalami kenaikan antara 10–25%. Misalnya, tiket dari Doha ke Eropa dapat meningkat 10–15%, sedangkan rute ke Australia bisa mencapai kenaikan hingga 20%. Meskipun sebagian besar biaya tambahan ini diserap oleh maskapai, penumpang tetap akan merasakan dampaknya melalui kenaikan harga tiket yang mencapai 10–20%.
Keputusan untuk menggunakan dynamic pricing oleh maskapai membawa konsekuensi tersendiri. Biaya tambahan ini akan diteruskan kepada penumpang ketika terjadi lonjakan permintaan atau biaya bahan bakar yang ekstrem. Hal ini menuntut penumpang untuk siap dengan kemungkinan harga tiket yang lebih tinggi di masa mendatang.
Gandeng maskapai penerbangan, sebuah merek mewah membuka lounge eksklusif di bandara internasional.
Dengan demikian, menjadi penting bagi penumpang untuk selalu memantau perkembangan terkini dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan perubahan dalam perjalanan mereka. Semakin banyaknya informasi yang dapat diakses oleh pengguna akan membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik saat merencanakan perjalanan, terutama dalam kondisi seperti ini.