Demonstrasi besar-besaran beberapa hari lalu ternyata menyebabkan banyak kerugian bukan hanya bagi pemerintah tetapi juga para pengemudi ojek dan taksi online. Para pengemudi ini mengaku merasakan omset yang semakin menurun dari biasanya.
Mereka mengatakan, meski tidak ikut dalam demonstrasi, dampaknya tetap dapat dirasakan. Apalagi kantor-kantor banyak yang memberikan kebijakan work from home (WFH) kepada karyawan mereka dan para siswa pun belajar dari rumah.
Dampak Negatif Terhadap Pendapatan Pengemudi
Situasi ini membangkitkan pertanyaan mengenai dampak langsung yang dialami para pengemudi. Banyak yang melaporkan pengaruh signifikan dari demonstrasi tersebut terhadap pendapatan harian mereka. Misalnya, Edin, seorang pengemudi taksi online, mencurahkan pengalaman pahitnya ketika menyatakan, “Saya baru dapat penumpang kedua hari ini. Mengemudikan penumpang dari Jakarta Pusat ini harus muter-muter karena sepi.” Keterbatasan penumpang selama demonstrasi menciptakan kesulitan tersendiri bagi mereka yang bergantung pada pendapatan harian.
Edin mengaku bahwa perjalanan yang biasanya lancar kini terhambat oleh kondisi jalan yang semrawut. Salah satu penumpangnya harus menunggu lebih lama dari jadwal keberangkatan semula. Ia pun harus mengubah jadwal penerbangan hanya untuk menghindari keterlambatan. Insiden yang dialaminya mencerminkan kenyataan yang lebih luas: banyak driver yang terpaksa menyesuaikan lagi rencana perjalanan demi menyesuaikan dengan keadaan darurat ini.
Strategi Pengemudi Menghadapi Krisis
Berbeda dengan Edin, Waskito yang lebih berhati-hati memilih untuk tidak menarik penumpang saat demonstrasi berlangsung. Ia mengatakan bahwa istri dan anak-anak melarangnya untuk keluar rumah demi keamanan. “Anak-anak minta di rumah saja biar aman,” ujarnya. Dalam konteks yang berbeda, situasi ini menunjukkan bahwa banyak pengemudi yang tetap ingin bekerja tetapi harus mempertimbangkan keselamatan terlebih dahulu.
Pada sisi lain, sejumlah pengemudi ojek online tetap melanjutkan aktivitas mereka sebagai bentuk solidaritas dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Yanti, seorang pengemudi ojek, mengungkapkan bahwa meski pendapatan menurun, masih ada orderan yang dapat diterima. “Ada saja sih tapi ya lumayan meski tidak sebanyak biasanya. Masih bisa buat makanlah sama bensin,” ungkapnya. Pendekatan pragmatis ini adalah salah satu cara pengemudi beradaptasi dengan situasi yang tidak menentu.
Secara keseluruhan, situasi ini menggambarkan hubungan yang rumit antara kondisi sosial dan ekonomi yang dihadapi banyak individu di lapangan. Para pengemudi yang seolah berada di tengah konflik ini terpaksa merasakan dampak yang lebih jauh dari sekadar kehilangan pendapatan. Kesejahteraan mereka tergantung pada ketidakpastian yang muncul dari berbagai faktor eksternal yang mendesak.