Bukan hanya sebuah universitas ternama di Jakarta yang memiliki nama Trisakti. Tetapi sebuah pelabuhan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan juga punya pelabuhan dengan nama Trisakti dan juga dikenal dengan nama Pelabuhan Banjarmasin.
Pelabuhan yang diresmikan pada 10 September 1965 silam ini menjadi pelabuhan terbesar di Pulau Kalimantan. Tak hanya itu, Pelabuhan Trisakti juga merupakan pintu masuk kapal yang menuju Indonesia Timur.
Strategi Pelabuhan Trisakti dalam Mendesain Infrastruktur Modern
Berbagai macam kapal dari Pulau Jawa dan Sumatera singgah di Pelabuhan Trisakti sebelum meneruskan perjalanan mereka ke kota-kota lain di timur Indonesia. Dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), pelabuhan terbesar di Borneo ini masuk dalam pelabuhan kelas IA karena memiliki fasilitas memadai yang bisa melayani barang curah, peti kemas konvensional hingga kontainer.
Di era modern ini, keberadaan pelabuhan yang efisien sangat penting untuk mendukung kegiatan perdagangan. Modernisasi alat dan infrastruktur menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing pelabuhan. Data menunjukkan bahwa pelabuhan yang memiliki fasilitas lebih lengkap mampu menarik lebih banyak kapal, terutama dari negara-negara tetangga. Maka dari itu, perkembangan infrastruktur di Pelabuhan Trisakti bisa dibilang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Cara Pelabuhan Trisakti Menunjang Konektivitas di Indonesia Timur
Bukan hanya sebagai pelabuhan peti kemas, Pelabuhan Trisakti juga menjadi pelabuhan penumpang dan memiliki lima dermaga yakni Trisakti Konvensional, Petikemas, Martapura Baru, Pulang Pisau, dan Basirih.
Ada beberapa jadwal kapal yang dioperasikan beberapa perusahaan pelayaran di Pelabuhan Banjarmasin. Sebagian kapal dioperasikan oleh beberapa perusahaan yang terkemuka dalam industri pelayaran. Hal ini menawarkan alternatif bagi penumpang dan pengusaha untuk melakukan perjalanan ke Surabaya dan destinasi lain.
Kapal-kapal tersebut mendominasi tujuan Surabaya dengan jadwal antara dua hingga tiga kapal dalam seminggu. Sedangkan tujuan lainnya adalah Makassar, Baubau, Batulicin, Selayar, Semarang, dan sebagainya. Adanya konektivitas yang baik diharapkan dapat mendukung pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
KM Dharma Rucitra IX dan KM Dharma Rucitra I memiliki jadwal keberangkatan setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 23.00 WITA, kemudian Rabu dan Selasa setiap pukul 10.00 WITA. Untuk Kamis dan Jumat, dua kapal tersebut dioperasikan setiap pukul 11.WITA. Dengan rincian harga tiket yang bervariasi sesuai dengan kelasnya dari mulai Rp475 ribu, hal ini memberikan opsi bagi penumpang sesuai dengan budget dan kebutuhan.
Sejarah Pelabuhan Trisakti berperan sangat strategis sejak era Kesultanan Banjar. Pada abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, armada pelayaran rakyat telah menjadi penghubung terpenting bagi Pelabuhan Banjarmasin dan pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa dan Madura, serta Sulawesi Selatan, khususnya dalam kaitan dengan perdagangan.
Sayangnya, tuntutan modernisasi, khususnya sejak dekade 1980-an, membuat pelayaran rakyat tidak lagi menjadi salah satu alat transportasi penting seperti sediakala. Pengusaha sekarang memiliki banyak pilihan untuk mengapalkan barang-barang mereka, antara lain menggunakan kontainer. Di sini, modernisasi pelabuhan menjadi penting untuk menarik kembali perhatian pasar dan memastikan efisiensi dalam logistik.
Pelabuhan yang sebelumnya diperuntukan untuk pelayaran rakyat pun kemudian diubah menjadi pelabuhan modern yang juga melayani kapal-kapal kontainer, terutama Dermaga Trisakti. Modernisasi dimulai ketika pelabuhan dipindahkan dari Sungai Martapura ke sungai Barito pada tahun 1965. Dengan perpindahan ini, Pelabuhan Trisakti dirancang ulang untuk dapat memenuhi kebutuhan transportasi yang semakin meningkat.
Modernisasi yang dimaksudkan di sini adalah pembangunan pelabuhan yang lebih modern dengan fasilitas lebih lengkap bila dibandingkan pelabuhan lama yang sudah tidak memadai lagi untuk aktivitas pelayaran dan perdagangan. Fasilitas yang baru ini diharapkan dapat membantu mempercepat proses bongkar muat dan meminimalisir antrian atau delay yang kerap terjadi.