Berwisata sejarah tak luput dari edukasi dan wawasan yang bisa dikenang hingga saat ini. Terlebih jika bangunan peninggalan sejak era kolonial Belanda masih dapat kita rasakan sebagai saksi bisu hingga ratusan lamanya. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda seperti stasiun kereta api menjadi daya tarik utama wisata sejarah bagi banyak orang. Salah satu yang menarik adalah Stasiun Tuntang.
Tahukah kalian bahwa Stasiun Tuntang yang saat ini berusia lebih dari 150 tahun, ternyata menyimpan fakta-fakta menarik di balik kokohnya bangunan tersebut? Jalur kereta api wisata dari Stasiun Ambarawa menuju Stasiun Tuntang menyuguhkan pesona pemandangan yang luar biasa. Bayangkan masyarakat masih bisa merasakan pengalaman naik kereta api yang berusia lebih dari satu abad—itu tentu sangat menyenangkan.
Sejarah dan Arsitektur Stasiun Tuntang
Stasiun yang terletak pada ketinggian ±464 m ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang. Stasiun Tuntang memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1871, saat dibangun oleh Netherlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Meskipun ukurannya kecil, stasiun ini memiliki peran penting dalam angkutan produk perkebunan seperti karet, gula, cokelat, dan kopi yang dikirimkan dari dan menuju Ambarawa.
Tidak hanya itu, gaya arsitektur yang diaplikasikan pada stasiun ini dikenal sebagai Chalet NIS, yang merupakan desain populer pada awal abad ke-20. Arsitektur Stasiun Tuntang memiliki kesamaan dengan Stasiun Bringin yang terletak di jalur Kedungjati – Ambarawa. Hal ini menambah nilai estetika dan historis dari bangunan ini, dan memberikan gambaran betapa kemegahan arsitektur kolonial saat itu.
Perkembangan Terkini dan Rencana Masa Depan
Namun, pada 1 Juni 1970, Stasiun Tuntang mengalami penutupan sementara bersamaan dengan jalur Yogyakarta-Kedungjati yang juga dihentikan operasinya. Meskipun memiliki sejarah yang kaya, stasiun ini kalah bersaing dengan moda transportasi lain, sehingga diubah menjadi museum. Berkat upaya renovasi, jalur Ambarawa-Tuntang kembali dibuka pada tahun 2002, dan kini menjadi rute kereta uap wisata maupun kereta diesel vintage.
Rencananya, Stasiun Tuntang akan difungsikan lebih lanjut sebagai museum lokomotif diesel. Ini merupakan langkah penting, mengingat banyak lokomotif diesel elektrik dari era sebelum tahun 1970-an yang sudah mendekati pensiun. Saat ini, pengelola stasiun menjadikannya lokasi spesial untuk kereta wisata Ambarawa, memberikan pengunjung kesempatan untuk merasakan sensasi perjalanan dengan lokomotif diesel vintage yang membawa penumpang kembali ke masa lalu.
Dengan semua fakta menarik ini, Stasiun Tuntang tidak hanya menjadi sekadar tempat transit, tetapi juga sebuah destinasi yang menyimpan cerita dan kenangan. Bagi para pencinta sejarah dan wisata, tempat ini layak untuk dijelajahi dan dikenang sebagai bagian dari perjalanan budaya dan sejarah bangsa.