Punya kemampuan lepas landas dari landasan pendek, membuat spesifikasi Fokker F-28 cocok untuk banyak bandara. Boleh dikata, pesawat buatan Belanda ini cukup banyak digunakan di Indonesia pada era 1970-an hingga awal 2000-an, terutama untuk penerbangan domestik jarak menengah dan pendek.
Namun, kecelakaan yang melibatkan Fokker F-28 sering terjadi di bandara dengan cuaca buruk, runway pendek, dan navigasi terbatas. Hingga akhirnya Indonesia menghentikan pengoperasian F-28 secara bertahap setelah tahun 2000, dan digantikan oleh pesawat yang lebih modern dan baru, seperti Boeing 737 dan ATR 72. Sementara beberapa F-28 masih terus dioperasikan setelah dihibahkan kepada TNI AU.
Sejarah Fokker F-28 di Indonesia
Kehadiran Fokker F-28 di Indonesia membawa angin segar bagi industri penerbangan nasional. Pesawat ini tidak hanya cepat dan efisien, tetapi juga menawarkan kenyamanan bagi penumpang pada jam-jam sibuk penerbangan domestik. Di masa jayanya, Fokker F-28 menjadi ikon penerbangan komersial di Indonesia, dengan beberapa maskapai besar menggunakannya sebagai armada utama.
Berbagai inovasi pada desain Fokker F-28 juga berkontribusi untuk reputasinya. Pesawat ini dilengkapi dengan sayap yang mampu memberikan daya angkat lebih baik dan mesin yang andal, memungkinkan penerbangan dari bandara dengan landasan pacu yang lebih pendek. Data menunjukkan pemanfaatan F-28 di Indonesia mencapai puncaknya pada dekade 1980-an, di mana pesawat ini membawa ribuan penumpang setiap harinya.
Rekam Jejak Kecelakaan Pesawat Fokker F-28
Tentu saja, penggunaan Fokker F-28 di Indonesia tidak lepas dari catatan kelam. Berikut adalah daftar kecelakaan yang melibatkan pesawat Fokker F-28 di Indonesia, khususnya oleh maskapai domestik.
1. Garuda Indonesia – PK-GVE (11 Juli 1979)
Lokasi: Gunung Sibayak, dekat Medan
Rute: Palembang – Medan
Korban: 61 tewas (tidak ada yang selamat)
Penyebab: CFIT (Controlled Flight Into Terrain) atau menabrak gunung saat pendekatan. Kejadian ini menjadi salah satu tragedi penerbangan terburuk di Indonesia.
2. Garuda Indonesia – PK-GVU (20 Maret 1982)
Lokasi: Bandara Tanjung Karang, Lampung
Rute: Jakarta – Tanjung Karang
Kejadian: Pesawat tergelincir dan terbakar saat mendarat di cuaca buruk
Korban: 27 tewas dari 45 penumpang
Penyebab: Pendekatan dalam badai ditambah kondisi runway yang licin, menciptakan situasi berbahaya.
3. Merpati Nusantara Airlines – PK-GFB (10 November 1987)
Lokasi: Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang
Kejadian: Tergelincir dari landasan, menyebabkan kerusakan total
Korban: Tidak ada korban jiwa, tetapi pesawat mengalami kerusakan parah.
Penyebab: Masalah pada sistem pengereman, yang menjadi masalah umum pada banyak kecelakaan Fokker F-28.
4. Merpati Nusantara Airlines – PK-GFU (13 Januari 1990)
Lokasi: Bandara Kupang, Nusa Tenggara Timur
Kejadian: Tergelincir saat mendarat dalam cuaca buruk
Korban: Beberapa luka ringan
Status pesawat: Rusak berat, menjadi pelajaran berharga dalam hal keselamatan penerbangan.
5. Merpati Nusantara Airlines – PK-GFU (15 November 2002)
Lokasi: Bandara Wamena, Papua
Kejadian: Tergelincir saat mendarat di runway basah
Korban: Tidak ada korban jiwa, tetapi pesawat mengalami kerusakan parah dan kemudian tidak dioperasikan kembali.
Masing-masing insiden ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya keselamatan dalam penerbangan, khususnya dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi, regulasi penerbangan pun semakin ketat dan maskapai lebih berhati-hati dalam memilih armada yang digunakan.