Pada tanggal 10 Juni 2025, terjadi situasi darurat yang menarik perhatian dalam dunia penerbangan, yaitu insiden pada penerbangan Qantas QF804 dengan pesawat Boeing 737-800 yang mengangkut penumpang dari Canberra ke Sydney. Di tengah perjalanan, seorang kopilot trainee pingsan secara tiba-tiba saat pesawat sedang taxi ke gate setelah pendaratan yang berlangsung normal.
Penerbangan tersebut lepas landas dari Canberra di pagi hari, dengan total tiga awak penerbangan dan delapan awak kabin yang siap membantu, serta 113 penumpang yang berada di dalam pesawat. Meskipun pendaratan di Sydney berlangsung dengan baik, momen menegangkan terjadi ketika kopilot trainee melaporkan ketidaknyamanan sebelum akhirnya pingsan. Kejadian ini mengisyaratkan pentingnya protokol keamanan serta kesiapan awak pesawat dalam situasi darurat.
Pentingnya Kesiapan Awak Penerbangan dalam Situasi Darurat
Insiden ini menunjukkan bahwa meskipun prosedur keselamatan telah diterapkan dalam penerbangan, situasi tak terduga masih mungkin terjadi. Pesawat dalam penerbangan tersebut, terbang dengan pilot senior, pilot cadangan, dan kopilot trainee menunjukkan tiga tingkatan keahlian dalam pengoperasian. Saat kopilot trainee pingsan, pilot senior dan pilot cadangan dengan cepat mengambil alih kendali pesawat, melanjutkan taxi dengan aman ke gate. Ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran lebih dari satu pilot dalam setiap penerbangan.
Berdasarkan laporan yang terkumpul, insiden pingsannya kopilot trainee kemungkinan besar disebabkan oleh serangan sinkop yang membuat pengaliran darah ke otak berkurang. Tindak cepat cabin crew dan pilot senior sangat krusial; mereka memastikan keselamatan taxi pesawat, mengaktifkan respon darurat, dan memanggil paramedis untuk memberikan perawatan segera. Seharusnya, hal ini menjadi pelajaran berharga bagi semua maskapai tentang pentingnya protokol medis darurat yang jelas dan efektif.
Evaluasi Kesehatan dan Kebugaran Pilot: Tindakan Preventif yang Diperlukan
Insiden terjadi dalam penerbangan bukanlah hal baru di dunia aviasi. Sebelumnya, pada bulan Maret 2025, seorang pilot juga mengalami nyeri dada yang memaksa penerbangan dari Brisbane ke Sydney untuk melakukan pendaratan darurat. Kedua kasus ini menggarisbawahi suatu masalah yang lebih besar terkait kesehatan dan kebugaran awak penerbangan. Meskipun insiden kopilot trainee pingsan tidak secara langsung menunjukkan adanya pelanggaran standar kesehatan, situasi ini menimbulkan pertanyaan kritis mengenai evaluasi kesehatan pilot, khususnya bagi trainee yang sedang dalam transisi menuju posisi kapten.
Saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ada kelalaian medis atau pelanggaran dari standar kesehatan pilot yang dialami kopilot trainee. Namun, hal ini bisa mendorong peninjauan ulang terhadap kebijakan kesehatan dan kebugaran bagi kru penerbangan. Khususnya bagi mereka yang menjalani pelatihan, penting untuk memastikan mereka dalam kondisi fisik yang optimal saat bertugas. Selain itu, pengetatan protokol medis menjadi lebih relevan agar kejadian serupa dapat dihindari di masa mendatang.