Setelah mengalami jeda operasional selama 2,5 tahun, layanan kereta layang tanpa masinis di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia, dipastikan akan kembali mulai 1 Juli 2025. Kereta layang ini akan menghubungkan Terminal 1 yang melayani penerbangan domestik dengan Terminal Satelit untuk penerbangan internasional, memberikan kemudahan bagi para penumpang.
Berita ini menjadi angin segar bagi penumpang internasional yang sebelumnya harus mengandalkan bus antar-jemput untuk perjalanan sejauh 1,3 km. Hal ini juga diharapkan dapat memperbaiki reputasi bandara yang sempat anjlok. Layanan kereta layang sempat terhenti setelah insiden pada Februari 2023, di mana 114 penumpang terpaksa berjalan di rel layang akibat kerusakan.
Keberadaan Terminal KLIA dan Dampaknya
Terminal 1 di KLIA berfungsi sebagai pusat utama untuk konter imigrasi dan penerbangan domestik, sedangkan Terminal Satelit digunakan oleh maskapai internasional. Ada juga Terminal 2 yang berlokasi kurang dari 2 km dari Terminal 1 dan didedikasikan untuk maskapai berbiaya rendah. Kembalinya layanan kereta layang ini sangat tepat waktu, mengingat Malaysia akan menjadi ketua kelompok Asean pada tahun 2025 dan menjadi tuan rumah Visit Malaysia Year di tahun 2026.
Data menunjukkan bahwa jumlah penumpang yang melintasi KLIA meningkat 21 persen, mencapai 57,1 juta pada tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 41,9 juta adalah penumpang internasional. Ini adalah gambaran positif bagi bandara yang telah beroperasi sejak tahun 1998, meskipun sebelumnya pernah meraih peringkat 10 besar bandara terbaik dunia pada tahun-tahun tertentu. Namun, belakangan posisinya terus merosot dalam peringkat dunia.
Membangun Kembali Kepercayaan dan Kompetisi
Baru-baru ini, KLIA hanya menduduki peringkat ke-65 dalam Penghargaan Bandara Dunia yang diadakan oleh Skytrax, jauh di bawah Bandara Changi Singapura, Bandara Internasional Hamad di Qatar, dan Bandara Haneda di Tokyo. Survei ini melibatkan lebih dari 13 juta pengguna bandara dari lebih dari 100 negara. Keberhasilan KLIA ke depan sangat tergantung pada efisiensi sistem transportasi, termasuk pengalaman penumpang yang menyenangkan dari proses transfer antarterminal, boarding menggunakan teknologi biometrik, serta penanganan bagasi yang cepat.
Sistem kereta layang otomatis yang akan dioperasikan di KLIA dikenal dengan nama Aerotrain. Kereta ini diproduksi oleh Bombardier Transportation yang berbasis di Kanada, menggunakan teknologi Innovia APM 100. Jarak lintasan Aerotrain adalah 1,2 kilometer, dan waktu tempuh untuk satu kali perjalanan sekitar 2 menit. Sistem ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para penumpang, membantu meningkatkan ketepatan waktu, serta kenyamanan saat berpindah dari satu terminal ke terminal lainnya.
Dengan kembalinya layanan kereta layang, para penumpang di KLIA akan merasakan efisiensi dan kemudahan yang selama ini dinanti. Dalam situasi persaingan global di sektor penerbangan, tindakan ini bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan citra dan daya tarik bandara, serta mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di Malaysia.